Refleksi Risalah Hasan Al Banna, Dakwah Kami Di Zaman Baru

Pemikiran Hasan Al Banna menjadi paradigma yang memola sikap organisasi yang didirikannya (Al Ikhwan Al Muslimun) dalam menyikapi problem dan tantangan yang dihadapinya. Banyak pemikir Ikhwan yang lain, tetapi pemikiran sang pembina awal tetap menjadi rujukan penting bagi organisasinya. Sayyid Qutb adalah pemikir besar Ikhwan, pemikirannya meng-kaya-kan Ikhwan dengan ragam pemikiran yang penuh nuansa. Tetapi pemikirannya tidaklah menjadi basis utama kebijakan organisasi Ikhwan. Ini bukan berarti tidak ada pengaruh pemikiran Qutb dalam organisasi Ikhwan. Bagaimanapun Qutb adalah anggota Ikhwan dan diakui ketokohan dan pemikirannya. Fenomena penting yang perlu dicermati di sini adalah bahwa merujuk pada pemikiran Al Banna adalah asas metodis organisasi Ikhwan menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Hasan Al Banna memang tidak menulis satu buku besar mengenai aspek-aspek pemikirannya. Pemikirannya tersebar dalam risalah-risalah yang ditulisnya. Salah satu risalahnya adalah Dakwah Karu Di Zaman Baru. Ini adalah salah satu risalahnya yang bagi saya pribadi menarik.Setiap membacanya  [lihat posting terdahulu] kembali ada saja yang memperjelas atau membuka wawasan terhadap pemikiran dakwahnya.

Membaca terjemahan risalah ini melalui terjemahan (alm) Ustadz Rahmat Abdullah membuka kembali wawasan baru mengenai risalah ini. Ustadz Rahmat menerjemahkan tiga risalah Hasan Al Banna sekitar tahun 1990 atau sebelumnya (cetakan kedua yang saya dapat tercetak tahun 1991) dengan judul Da’wah Kami Kemarin dan Hari Ini, dengan diberi kata pengantar yang khas Rahmat Abdullah. Keistimewaan dari terjemahan ini barangkali adalah diksi atau pilihan kata yang digunakan sangat khas, terjemahan ini juga secara tidak langsung adalah penjelasan (syarah) terhadap risalah ini berdasar refleksi Ustadz Rahmat Abdullah.

Risalah ini ditujukan untuk mengungkapkan karakter dakwah (seruan perbaikan, misi perbaikan) Ikhwanul Muslimin, metode perbaikan yang dijalankannya dan sikap terhadap pandangan-pandangan yang muncul di dunia Islam kontemporer. Ciri atau karakter dakwah Ikhwan terungkap dalam ciri-ciri berikut.

Ketuhanan Semestawi (Rabbaniyah ‘Alamiyah)
Rabbaniyah berarti bahwa asas dakwah Ikhwan adalah mengajak untuk mengenal Allah yang akan mengangkat jiwa manusia dari kebekuan dan kekerasan materialisme (kebendaan) kepada tingkat kesucian, keindahan dan kemanusiaan.

Alamiyah berarti bahwa prinsip dakwah ini ditujuakan kepada seluruh umat  manusia. Di sini juga dipahami bahwa nilai manusia tidak ditentukan oleh ras, golongan atau kebangsaannya tetapi oleh kebaikan, ketaqwaanya kepada Allah. Ini adalah prinsip persamaan dan persaudaraan antar umat manusia. Ini juga refleksi dari karakter kemanusiaan (insaniyyah, humanity) dakwah yang diserukan Ikhwan.

Integrasi (Menghimpun) Dua Logika : Ghaib dan Ilmiah
Pemikiran manusia (terkait problem metafisis), dalam sejarahnya, seringkali terguncang dan berputar pada lingkarang berikut.Satu, pada lingkaran khurafat dan penyerahan mutlak pada kegaiban serta kekuatan tersembunyi secara naif. Dua, pada lingkaran materialisme dan pengingkaran terhadap alam gaib, pemberontakan terhadap kekuatan yang tidak terindra, mereduksi realitas pada fenomena empiris dan eksperimental semata. Pemikiran seperti ini banyak menguasai akal zaman baru (modern) di mana mereka banyak mengungkap rahasia alam (melalui ilmu pengetahuan) dan penguasaannya terhadap alam melalui teknologi. Pada puncaknya materialisme ini bisa mengingkari eksistensi Tuhan, kenabian dan hari akhir.

Dua warna pemikiran ini adalah kesalahan yang nyata. Islam datang dengan mendudukkan permasalah ini pada proporsi yang benar. Ia mengakui adanya alam ghaib, menghubungkan jiwa manusia dengan iman kepada Allah. Islam mendekatkan alam ghaib yang misterius itu dengan gambaran yang mendekatkan kepada akal dan tidak bertentangan dengan gambaran akal yang konkret (lazim). Disamping itu Islam juga mengakui kebaikan alam material ini, mengajak untuk memandang secara benar kerajaan langit dan bumi milik Allah ini, dan memanfaatkannya.

Kesadaran Jiwa sebagai Asas Kebangkitan
Kaidah perubahan yang dijadikan landasan bagi jalan kebangkitan, sebagaimana diinspirasikan oleh surat Ar Ra’du : 11 adalah kesadaran penuh dalam jiwa dan semangat (yaqzhah ar ruhiyah), kekuatan batin yang menuntun dan mendorongnya. Sehingga pokok misi Ikhwan adalah munculnya kesadaran jiwa dan hidupnya hati nurani serta kebangunan hakiki dalam pemikiran dan perasaan (shohwah al fikriyah). Jalan yang digunakan untuk merealisasikan ini adalah dengan menanamkan keyakinan bahwa apa yang dia bawa ini adalah kebenaran, menanamkan kebanggaan sebagai penghasung nilai-nilai kebenaran dan menanamkan bahwa Allah akan menyertai dan menolong pembela-pembela kebenaran. Ringkasnya melalui iman, kebanggaan dan harapan.

Perubahan Individu, Keluarga dan Masyarakat
Perasaan yang kuat, kesadaran jiwa dan kebangkitan ilmiah (pemikiran) pasti akan memberi bekas dan pengaruh pada individu, keluarga dan masyarakat.

Sikap Terhadap Pandangan-Pandangan Kontemporer

Memandang pandangan atau pemikiran kontemporer yang menggejala dalam tubuh umat perlulah diketahui substansi dan tujuan dari pandangan itu. Kebangsaan, arabisme, ketimuran dan kemanusiaan adalah diantara pandangan-pandangan itu. Bangsa yang telah menerima hidayah Islam merupakan bagian dari tanah air Islam, bekerja untuknya adalah bekerja untuk kejayaan Islam. Yang ditolak adalah jika sasaran kebangsaan itu adalah upaya untuk melikuidasi Islam dari kehidupan masyarakat. Arabisme yang otentik adalah arabisme karena kesamaan bahasa. Ketimuran muncul karena adanya pandangan relatif peradaban Barat. Kemanusian dan kerja sama internasional yang berkeadilan.

Catatan Rujukan
Risalah-risalah Hasan Al Banna (Majmu’atur Rasail) pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Media Dakwah tahun 80-an. Terjemahan tiga risalah Hasan Al Banna (Dakwah Kami Di Zaman Baru, Antara Kemarin dan Hari Ini, Risalah Ta’alim) oleh ustadz Rahmat Abdullah diterbitkan oleh Firdaus, Jakarta tahun 1991 (cet.2). Dalam terjemahannya ini ustadz Rahmat Abdullah menempatkan risalah ini (secara berurutan) dalam judul-judul bab berikut : Misi Ketuhanan Semestawi, Antara Kemarin Dan Hari Ini, Telaah Kami. Judul pertama merefleksikan misi Ikhwan, judul kedua merefleksikan telaah tentang permasalahan umat dan judul ketiga (terjemahan dari Risalah Ta’alim) merefleksikan metodologi pergerakan yang dijalankan Ikhwan. Sayangnya banyak salah cetak dalam buku ini, sehingga cukup mengganggu.

Edisi baru terjemahan bahasa Indonesia dari Majmua’tur Rasail, dengan judul Risalah Pergerakan Hasan Ikhwanul Muslimin diterbitkan oleh Intermedia, Solo, 1997 (cet-1, terj. jilid 1 oleh Anis Matta, Rofi’ Munawwar dan Wahid Ahmadi). Edisi dua bahasa (Arab dan Inggris) muncul dengan judul Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna, terbitan Al I’tisham Cahaya Umat (edisi pertama jilid pertama terbit 2005, terj. oleh Khazin Abu Faqih Lc). Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah oleh Jasiman Lc, terbitan Auliya’ Press, Solo, 2005.

One thought on “Refleksi Risalah Hasan Al Banna, Dakwah Kami Di Zaman Baru

  1. Islam adalah da’wah. Bgaimana agar risalah dakwah ini masuk dlam kurikulum pendidikan di indonesia

Leave a reply to La Roman Cancel reply